Teks Eksplanasi: Definisi, Struktur, Ciri-ciri & Contoh

Pengertian Teks Eksplanasi dilengkapi dengan ciri-ciri, struktur dan contoh akan kami uraikan secara sederhana agar bisa dengan mudah Anda pahami. Untuk pembahasan lebih lanjut, silahkan simak penjelasannya di bawah ini.

teks eksplanasi

Teks eksplanasi ini pasti sering  kalian dengar atau baca, bisa dari televisi, radio, koran, ataupun majalah. Atau, bahkan dalam kegiatan sehari-hari saat kalian menjelaskan suatu keadaan melalui cerita kepada teman kalian, itu bisa jadi termasuk ke dalam teks eksplanasi.

Memang, apa itu teks eksplanasi? Kalau begitu, kalian harus simak dengan seksama pembahasan berikut ini!

Pengertian

Pernahkah kalian membaca teks tentang proses terjadinya bencana alam di media cetak? Nah, itu merupakan salah satu contoh dari teks eksplanasi.

Teks eksplanasi adalah teks yang berisi tentang proses ‘mengapa’ dan ‘bagaimana’ kejadian-kejadian alam, sosial, ilmu pengetahuan, budaya, dan lainnya dapat terjadi. Suatu kejadian baik itu kejadian alam maupun kejadian sosial yang terjadi di sekitar kita, selalu mempunyai hubungan sebab akibat dan proses.

Tujuan dari teks ini adalah memaparkan fenomena yang terjadi dan menjelaskan sebab-akibat fenomena itu. Artinya, pembaca teks ini dapat memahami informasi yang ada di dalam teks tersebut. Pembaca bisa paham runtut kejadian dari sebuah fenomena atau peristiwa yang terjadi.

Struktur

Teks eksplanasi mempunyai beberapa struktur yang membangunnya agar menjadi satu kesatuan yang utuh. Diantara beberapa struktur yang dimaksud adalah sebagai berikut:

  • Identifikasi fenomena (phenomenon identification), mengidentifikasi sesuatu yang akan diterangkan. Hal itu bisa terkait dengan fenomena alam, sosial, budaya, dan fenomena-fenomena lainnya.
  • Penggambaran rangkaian kejadian (explanation sequence), memerinci proses kejadian yang relevan dengan fenomena yang diterangkan sebagai pertanyaan atas bagaimana atau mengapa peristiwa itu bisa terjadi.
  • Ulasan (review), berupa komentar atau pandangan tentang dampak serta konsekuensi atas kejadian yang dipaparkan dalam teks.

Ciri-ciri

  • Ciri pertama dari teks eksplanasi ialah informasi yang dimuat berdasarkan fakta (faktual). Artinya, informasi yang dipaparkan dalam sebuah teks eksplanasi haruslah berdasarkan fakta yang faktual. Ada data dan fakta yang diangkat dalam sebuah teks eksplanasi.
  • Lalu, ciri kedua ialah pembahasannya tentang suatu fenomena yang bersifat keilmuan atau berhubungan dengan ilmu pengetahuan. Fenomena itu meliputi fenomena sosial, budaya, hingga fenomena alam.
  • Ciri ketiga, teks eksplanasi mempunyai sifat yang informatif dan tidak berusaha mempengaruhi pembaca terhadap pembahasannya. Hal itu berarti, sebuah teks eksplanasi hanya berupa paparan dari sebuah fenomena atau peristiwa tanpa dibubuhi argumentasi atau opini yang mengarahkan pembaca.
  • Keempat, strukturnya terdiri atas pernyataan umum, urutan sebab akibat, dan interpretasi. Struktur itu yang kemudian menjadi acuan paparan informasi dalam teks eksplanasi.
  • Dan, kelima, memiliki atau menggunakan sequence markers, seperti pertama, kedua, ketiga, dan sebagainya. Sequence markers itu menjadi acuan urutan kronologis fenomena atau peristiwa yang tengah dipaparkan informasi di dalam teks eksplanasi.

Kaidah Kebahasaan

Sebagai sebuah bentuk teks, ada beberapa kaidah kebahasaan khasnya. Berikut beberapa kaidah kebahasaan teks ini adalah sebagai berikut:

  • Fokus pada hal umum (generic), bukan partisipan manusia (nonhuman participants).
  • Dimungkinkan menggunakan istilah ilmiah.
  • Lebih banyak menggunakan verba material dan verba relasional (kata kerja aktif).
  • Menggunakan konjungsi waktu dan kausal.
  • Menggunakan kalimat pasif.
  • Eksplanasi ditulis untuk membuat justifikasi bahwa sesuatu yang diterangkan secara kausal itu benar adanya.

Contoh

Berikut ini adalah contoh teks eksplanasi yang diambil dari Tempo:

[…] Kepala Sub-Bidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Barat PVMBG, Kristianto, mengatakan, tsunami Selat Sunda bisa dipicu berbagai faktor. Sedikitnya ada dua kemungkinan, pertama akibat energi letusan Gunung Anak Krakatau yang relatif besar. Kedua, karena material tubuh gunung api yang longsor ke dalam laut.

Kendati sering erupsi, tapi menurut Kris, Gunung Anak Krakatau belum pernah terpantau memicu terjadinya gelombang tinggi atau tsunami. Ditambah, dia menjelaskan, serangkaian energi erupsi Gunung Anak Krakatau, Sabtu, 22 Desember 2018, tidak sebesar letusan sebelumnya.

“Sebetulnya jumlah letusan yang paling tinggi itu di bulan November dan itu pun tidak ada informasi terkait gelombang, atau efek yang lain. Yang kita lihat memang material yang dikeluarkan masih sebatas di dalam radius 2 kilometer tersebut, berupa aliran lava dan lontaran material pijar,” kata Kris, saat ditemui di kantornya, Ahad, 23 Desember 2018.

Kris mengatakan, lelehan lava pijar yang mengalir ke laut mengarah ke Selatan-Tenggara dari pusat letusan Gunung Anak Krakatau juga selama ini hanya terjadi perlahan. “Dan alirannya pelan,” kata dia.

Spekulasi yang tersisa tinggal kemungkinan dipicu oleh longsoran tubuh Gunung Anak Krakatau. Tim PVMBG akan mengecek ke lapangan dengan data pembanding dari citra satelit tubuh gunung itu.

“Longsoran itu harus berupa material dalam jumlah besar yang masuk ke air secara mendadak. Bisa dari tubuh gunung api atau di bawahnya,” kata dia.

Erupsi yang terjadi pada Sabtu, 22 Desember 2018, pukul 21.03 WIB, merusak peralatan seismik yang dipasang di Pulau Gunung Anak Krakatau. Pemantauan seismik gunung Anak Krakatau akhirnya saat ini mengandalkan peralatan yang ada di pulau terdekat yakni Pulau Sertung.

Data pemantauan seismik gunung api itu, menurut Kris, tidak ada yang ganjil. “Kita tanyakan pengamat di sana, tidak ada hal yang signifikan di jam tersebut,” kata dia. Kendati demikian, Kris mengakui peralatan pemantau mencatat aktivitas seismik dalam skala over-scale. “Kalau sedang over-scale, kita memantau jumlah gempa letusan memang agak susah.”

Tempo, 24 Desember 2018. […]

Rate this post