Pengertian Teks Debat serta dilengkapi dengan unsur-unsur, struktur dan contoh akan kami uraikan secara sederhana agar bisa dengan mudah Anda pahami. Untuk pembahasan lebih lanjut, silahkan simak penjelasannya di bawah ini.
Dalam kehidupan sehari-hari, kalian pasti pernah berdebat dengan orang lain mengenai sesuatu hal. Misalnya, berdebat dengan kakak tentang siapa yang mendapat giliran mencuci baju, atau berdebat dengan orang tua tentang menekuni hobi yang menghasilkan uang atau kuliah, atau seperti yang pernah kita lihat di televisi di mana dua orang pengendara motor perempuan tidak berhelm berdebat keras dengan polisi lalu lintas karena merasa tidak melanggar peraturan.
Biasanya, di dalam debat, masing-masing pihak akan mengemukakan pendapatnya masing-masing dan disertai dengan argumen-argumen yang mendukung pendapatnya. Hal ini dimaksudkan supaya lawan bicara menjadi yakin dan bisa menerima pendapat yang disampaikan. Dengan demikian, apakah debat itu? Untuk lebih jelasnya, silakan simak ulasannya berikut ini.
Pengertian
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), debat diartikan sebagai pembahasan dan petukaran pendapat mengenai suatu hal dengan saling memberi alasan untuk mempertahankan pendapat masing-masing.
Sementara itu, Kemendikbud (2015) mendefinisikan debat sebagai kegiatan untuk mempertahankan pendapat dan disertai argumen yang mendukung pendapat. Sedangkan menurut Pratama dkk (2016 : 7), debat diartikan sebagai kegiatan adu argumenasi antara dua pihak atau lebih (perorangan atau kelompok) sebagai upaya untuk mendiskusikan dan memutuskan serta mengkaji perbedaan.
Dengan demikian, teks debat bisa diartikan sebagai teks yang berisi pernyataan dan argumenasi dari pihak-pihak yang berdebat tentang permasalahan tertentu dengan tujuan untuk mendiskusikan, memutuskan, dan mengkaji perbedaan.
Unsur-unsur
Mosi
Mosi merupakan pernyataan atau penentuan tentang suatu topik yang menjadi bahan debat. Mosi bisa disampaikan sebelum ataupun pada saat debat berlangsung. Dalam menentukan mosi, pastikan mosi bersifat kontroversial, aktual, relevan, spesifik, dan bermanfaat.
Tim Afirmasi
Tim ini merupakan pihak yang setuju dengan topik yang diperdebatkan (tim pro).
Tim Oposisi
Kebalikan dari tim afirmasi, tim ini merupakan pihak yang tidak setuju dengan topik yang diperdebatkan (tim kontra).
Moderator
Moderator akan berperan sebagai pihak yang memimpin, mengarahkan, serta mengatur jalannya debat. Moderator harus bisa menengahi kedua belah pihak.
Penonton/Juri
Penonton/juri mempunyai peran sebagai penentu pemenang debat. Karena itu, penonton/juri harus mempunyai wawasan yang sesuai dan mampu bersikap adil, bukan mendasarkan keputusannya pada pendapatnya sendiri.
Penulis/Sekretaris
Selama perdebatan berlangsung, penulis/sekretaris harus mencatat hal-hal penting yang disampaikan oleh kedua pihak.
Struktur
Sebagaimana teks-teks yang lain, teks debat juga mempunyai struktur teks tersendiri. Adapun struktur teks debat dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.
- Perkenalan. Pada tahapan ini, menyampaikan salam pembuka dan memperkenalkan tim.
- Penyampaian argumentasi. Pada tahapan ini setiap tim yakni Tim Afirmasi, Tim Oposisi, dan Tim Netral menyampaikan argumentasinya terhadap pernyataan topik.
- Debat. Pada tahapan ini, setiap tim yakni Tim Afirmasi dan Tim Oposisi saling memberikan komentar, bantayhan, lalu ditengahi oleh tim netral.
- Simpulan. Pada tahapan ini Tim Afirmasi, Tim Oposisi, dan Tim Netral menyampaikan simpulan terkait mosi, pendapat, sanggahan, dari tim lain.
- Penutup. Pada tahapan ini moderator memberikan simpulan secara keseluruhan tanpa berpihak, kemudian menutup kegiatan debat dengan salam.
Contoh
Mosi: Larangan memberikan pekerjaan rumah (PR) bagi siswa
Pro: PR umumnya memberatkan siswa dan menyita waktu yang dimiliki siswa untuk bersosialisasi dengan anggota keluarga di rumah. Pada saat mengerjakan PR, siswa juga umumnya menyontek atau bekerja sama sehingga memberikan PR bagi siswa tidaklah efisien untuk dilakukan.
Kontra: PR merupakan sarana bagi siswa untuk mengulang kembali pelajaran yang telah ia dapatkan di sekolah. Jika tidak memiliki PR, kebanyakan siswa tidak akan menyentuh buku-buku sekolah di rumah. Dengan begitu, memberikan PR sama dengan memberikan kesempatan bagi siswa untuk melakukan review atas pelajaran. Karenanya, membuka buku pada saat mengerjakan PR tidaklah sama dengan mencontek.
Pro: Pada kenyataannya, kehidupan siswa tidaklah melulu soal pelajaran di sekolah. Siswa juga membutuhkan waktu untuk bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya serta anggota keluarga di rumah. Adanya PR akan memberikan tekanan bagi siswa yang akhirnya merasa stres. Karena siswa pun akhirnya membuka buku saat mengerjakannya, PR menjadi tidak begitu fungsional.
Kontra: Ada banyak jenis PR yang dapat dipilih tenaga pendidik yang mengharuskan siswa untuk mengerjakannya sekaligus bersosialisasi, baik itu dengan teman sebayanya maupun dengan anggota keluarganya. Dewasa ini, tenaga pendidik punya banyak akses terhadap sumber yang dapat memberikan variasi kegiatan atau soal dalam PR yang tidak akan menekan siswa. Karena PR dikerjakan dengan kebebasan mengakses sumber-sumber lain, maka nilai yang didapatkan siswa dari PR juga akan membantunya.
… dan seterusnya.