Revolusi Amerika: Latar Belakang, Faktor, & Proses Berakhirnya

Sejarah terjadinya Revolusi Amerika dilengkapi dengan latar belakangnya akan kami uraikan secara sederhana agar bisa dengan mudah Anda pahami. Untuk pembahasan lebih lanjut, silahkan simak penjelasannya di bawah ini.

revolusi amerika

Berbicara mengenai sejarah, ada banyak sekali hal tak terduga dan dapat membuat kalian bertanya-tanya, “kok bisa ya?” Ternyata, bukan hanya Indonesia saja yang pernah dijajah. Bahkan negara besar seperti Amerika juga pernah dijajah. Peristiwa bersejarah bagi dunia ini dikenal dengan Revolusi Amerika.

Terus bagaimana perjalanan serta cerita dari revolusi Amerika ini? Daripada makin penasaran, langsung saja simak pembahasannya di bawah ini.

Latar Belakang

Ternyata kedatangan Christoper Columbus ke Kepulauan Bahama berdampak sangat besar bagi banyak masyarakat Eropa untuk berkunjung ke daerah tersebut lalu membentuk kelompok-kelompok baru. Namun, pada perjalanannya, terjadi bentrokan karena perebutan kekuasaan pada koloni-koloni tersebut.

Terjadinya revolusi tentu ada hal yang mendasarinya. Terkait dengan Revolusi Amerika, ada beberapa hal yang jadi penyebabnya. Apa saja?

Perang Tujuh Tahun

Pada masa itu, wilayah koloni terbagi menjadi dua kekuasaan yang dipegang oleh Inggris dan Prancis. Inggris memegang kekuasaan di sepanjang pantai timur Amerika, sementara Prancis memegang kekuasaan dari pantai selatan sepanjang Sungai Mississippi sampaim Kanada. 

Tetapi, Inggris ternyata masih saja membuat pergerakan untuk memperluas tanah jajahan mereka yang kemudian melanggar batas jajahan Prancis. Inilah yang dianggap sebagian besar sejarawan sebagai pemicu dari tegangnya hubungan Prancis dengan Inggris. 

Panasnya hubungan tersebut memicu terjadinya perang selama 7 tahun yaitu tahun 1756-1763. Pada saat itu, Inggris berhasil memenangkan peperangan yang kemudian dibuatlah perjanjian Perdamaian Paris. Isi perjanjian ini menguatkan dominasi Inggris di kawasan Amerika bagian utara. 

Penetapan Berbagai Pajak

Dampak dari perang tujuh tahun itu ternyata berbuntut panjang. Setelah terjadinya perang, Inggris mengalami kekosongan kas negara. Untuk mengatasinya, akhirnya Inggris memaksa rakyat Amerika untuk menanggung kerugian tersebut dengan menetapkan pajak yang tinggi. Adapun berbagai macam pajak yang ditetapkan adalah:

  • Townshend Act atau undang-undang townshend yang memberlakukan pajak untuk teh, gelas, cat, timah, dan kertas yang di impor ke koloni.
  • Sugar Act (Plantation Act/Revenue Act) adalah pajak yang ditetapkan untuk impor gula bagi kaum koloni Amerika.
  • Stamp Act atau undang-undang materai merupakan pajak yang ditetapkan untuk barang-barang yang diproduksi dan dikonsumsi di rumah.
  • Currency Act tahun 1764 melarang daerah koloni untuk mencetak uang sendiri.

Akibat dari penetapan pajak-pajak tersebut, kaum kolonis meminta supaya parlemen Inggris menarik kembali undang-undang tersebut. Tetapi, tentu saja Inggris tidak menanggapi hal itu. Hingga akhirnya rakyat Boston dan New York menolak untuk membeli semua hasil produksi Inggris. Namun, Inggris justru mengeluarkan undang-undang baru sehingga memecah Perang Kemerdekaan Amerika di tahun 1774.

Muncul Kebebasan Dalam Politik

Adanya koloni Inggris di Amerika, memberikan tekanan kepada rakyat Amerika baik dari segi ekonomi, politik, sosial, maupun agama. Hingga akhirnya, kaum koloni menyatakan jika mereka itu manusia merdeka yang membangun koloni di dunia baru. 

Nah, paham kebebasan ini bertentangan sekali dengan pemerintah Inggris, di mana mereka menganggap apabila daerah koloni itu adalah jajahannya. Berdasarkan Perjanjian Paris tahun 1763, pemerintah Inggris berhak untuk memperketat kebebasan para koloni.

Kaum Koloni Menolak Monopoli Perdagangan

Selain perihal politik, nyatanya kaum koloni pun menganut paham kebebasan dalam perihal perdagangan. Sebaliknya, pemerintahan Inggris justru mewajibkan para kaum koloni untuk menjual hasil buminya hanya kepada Inggris. 

Selain itu, mereka pun diwajibkan untuk membeli barang-barang industri hanya dari negara induk saja. Untuk itulah, kaum koloni menghendaki adanya kebebasan dagang serta menentang tindakan monopoli Inggris.

Peristiwa The Boston Tea Party

Karena terjadi banyak penolakan, Inggris akhirnya mencabut pajak yang dikenakannya pada kaum koloni, kecuali pajak teh. Mereka tidak ingin melepaskan pendapatan pajak dari hampir 1,2 juta pon teh yang diminum para kolonis setiap tahunnya. 

Sebagai bentuk protes, para kaum koloni memboikot teh yang dijual oleh British East India Company dan menyelundupkan teh Belanda, sehingga perusahaan tersebut harus mengalami kebangkrutan. 

Pemboikotan ini dilakukan di malam hari, yakni beberapa orang Amerika menyamar sebagai Indian suku Mohawk dan menyusup ke kapal Inggris yang sedang berlabuh. 

Sekitar 342 peti teh dibuang ke laut dan peristiwa ini dikenal dengan istilah Boston Tea Party. Tentu saja hal ini menyebabkan kemarahan dari pihak Inggris hingga mereka melakukan penuntutan dengan diterbitkannya Coercive Act atau lebih dikenal dengan Intolerable Act.

Kemerdekaan Amerika

Para koloni tentu saja tidak tinggal diam. Perwakilan delegasi (termasuk George Washington dari Virginia, John dan Samuel Adams dari Massachusetts, Patrick Henry dari Virginia, dan John Jay dari New York) bertemu di Philadelphia pada bulan September 1774 untuk menyuarakan keluhan mereka terhadap kerajaan Inggris dengan mengeluarkan Deklarasi Hak dan Keluhan.

Kongres Kontinental pertama ini tidak sampai menuntut kemerdekaan. Hanya saja mereka mengecam adanya perpajakan tanpa perwakilan serta mempertahankan tentara Inggris di koloni tanpa persetujuan mereka.

Pada malam tanggal 18 April 1775, ratusan tentara Inggris berbaris dari Boston ke dekat Concord untuk menyita persenjataan. Paul Revere dan pengendara lainnya membunyikan alarm, dan milisi kolonial mulai bergerak untuk mencegat Redcoats. Pada tanggal 19 April, milisi lokal bentrok dengan tentara Inggris dalam Pertempuran Lexington dan Concord di Massachusetts. Peristiwa Inilah yang menandai dimulainya Perang Revolusi.

Kemudian, diadakan Kongres Kontinental Kedua pada 10 Mei 1775 di Philadelphia, di mana ada delegasi tambahan yaitu Benjamin Franklin dan Thomas Jefferson untuk membentuk Tentara Kontinental dengan dipimpin oleh George Washington. Pada 17 Juni, terjadi Pertempuran Bukit Bunker yang berakhir dengan kemenangan pihak Inggris.

Berlangsungnya Perang Revolusi pada tahun 1775, mayoritas penjajah berkembang untuk mendukung kemerdekaan dari Inggris. Lalu, diadakan kongres yang dihadiri oleh wakil koloni dari 13 negara bagian. Mereka adalah perwakilan dari Delaware, Virginia, Pennsylvania, New Jersey, Georgia, Connecticut, Massachusetts, Maryland, North Carolina, South Carolina, New Hampshire, New York, dan Rhode Island.

Saat itu mereka belum membicarakan kemerdekaan Amerika, mereka hanya  menyatakan sikap tidak mengakui lagi wewenang parlemen Inggris. Namun, hal itu berubah di tahun 1776, ketika orang-orang Amerika membaca buku berjudul Common Sense yang ditulis oleh Thomas Paine. 

Lalu, diadakanlah kongres ketiga di mana mereka merancang deklarasi yang disebut Declaration of Independence. Deklarasi tersebut disusun oleh Benjamin Franklin, John Adams, dan Thomas Jefferson. 

Pada tanggal 4 Juli 1776 menjadi hari bersejarah bagi Amerika, yakni momen deklarasi dibacakan di Lapangan State House yang kemudian dijadikan Hari Kemerdekaan Amerika dan George Washington menjadi presiden pertama Amerika Serikat. 

Berakhirnya Revolusi Amerika

Ternyata revolusi Amerika tak berhenti sampai di saja nih, Quipperian. Karena adanya deklarasi kemerdekaan Amerika, Inggris tentu saja menolak hal tersebut dan terjadilah perang kemerdekaan Amerika. 

Karena Amerika mendapat bantuan dari Prancis dan Spanyol, mereka berhasil memenangkan peperangan tersebut. Tanggal 3 September 1783 ditandatanganilah Perjanjian Paris, yang intinya Inggris harus mengakui kemerdekaan Amerika Serikat dengan syarat Kanada tetap di bawah pemerintahan Inggris. 

Hal inilah yang mengakhiri Revolusi Amerika setelah 8 tahun lamanya. Semenjak saat itu, masyarakat Amerika menginginkan bentuk pemerintahan baru. Mereka tidak mau mempunyai kepala negara dari seorang raja, dan ingin pemerintahan diatur oleh rakyat Amerika sendiri.

Rate this post